Sosok ibu yang telah menjadi sahabat hidupku
Sosok ayah yang telah menjadi komandan barisan langkahku
Sosok kakak yang selalu menyambutku dengan senyum simpul ikhlasnya
Sosok adik yang selalu merintih kepadaku "Kakak, aku mau itu. Kakak, bantu aku."
Namun sosok teman sulit kulukis dibenakku
Kadang aku menganggap mereka yang mau mendengarku
Kadang aku menganggap mereka yang mau membantu
Namun lukisan itu sering kuhapus dengan citra baru
Sering karena aku merasa tak dihargai
Tak jarang karena rasa iri yang tak mudah dipahami
Lukisan pertemanan selalu kugambar dengan pensil tipis yang mudah dihapus
Bagaimana dengan sahabat
Aku pun melukisnya dengan sebuah pensil
Namun suatu saat aku akan yakin untuk memberinya warna yang tak terhapus oleh waktu
Sahabat ibarat proses dalam melukis
Saat menemukan objek yang sesuai aku akan memulai goresan lukisanku
Namun suatu saat kita pasti menemukan goresan yang membuatnya tak indah
Kita membutuhkan penghapus untuk menghilangkan dan melupakannya
Suatu saat pula pensil yang kita gunakan akan tumpul
Dan kita membutuhkan rautan untuk meruncingkannya kembali
Bagiku penghapus adalah sebuah kata maaf
Bagiku rautan adalah sebuah rasa kepercayaan
Pelajarilah dan kumpulkan mereka dalam satu file yang tak bisa terhapus
Pada akhirnya kita bisa berpuas diri melihat mereka dan berkata "Inilah yang terindah"